Minggu, 04 November 2012

kereta matarmaja


minggu terakhir bulan september 2012 lalu, tiba-tiba ada keinginan yang sangat kuat untuk pulang kampung. mungkin karena udah lama engga pulang, menyambangi orang tua tercinta, jadinya kayak gini hehe. terakhir pulang bulan januari 2012 dengan mengajak istri. ditambah lebaran juga ga mudik pula.. biasanya siy kalau ada dinas ke jawa timur, saya selalu menyempatkan diri sekalian mampir ke rumah. namun tahun 2012 ini, ko ga ada tugas ke sana hehe..
akhirnya hunting tiket di internet. mulai dari tiket pesawat, sampai tiket kereta. nyari penerbangan murah melalui situs utiket.com untuk lima hari ke depan (29 september 2012), baik yang ke surabaya maupun ke malang, ko ga nemu. ke malang jelas ga mungkin ada tiket murah, cuz hanya ada tiga maskapai (sriwijayabataviadangaruda) yang melayani dari jakarta-malang tiap harinya, dengan enam kali vv per hari. sebenarnya ada satu lagi maskapai yang melayani rute tersebut (lion), namun harus transit denpasar. melalui surabaya, kalau dipikir lagi akan sangat menghabiskan waktu di jalan.
so.. tiba saatnya hunting tiket kereta. sepertinya jadi pilihan yang tepat pada mudik kali ini, karena (1) saya pulang sendirian aja, tanpa mengajak istri (2) setelah menikah tahun 2008 lalu, belum pernah pulang kampung dengan moda transportasi massal ini (3) lebih deket dengan tujuan, ongkos dapat ditekan.
sekarang tiket kereta dapat dipesan langsung melalui situs resmi kereta api. namun saat itu sepertinya kurang update karena menampilkan lebih sedikit pilihan kereta. saya menggunakan situs tiket.com untuk melihat kemungkinan ada tidaknya tiket untuk kepulangan saya akhir september tersebut.
lihat pilihan kereta, masih terdapat kursi untuk kereta eksekutif gajayana, kereta bisnis senja singosari, dan kereta ekonomi matarmaja. lihat harganya, waw.. sangat beragam. dari Rp385.000 ,- sampai dengan Rp55.000,-. terlihat juga pilihan kereta ekonomi matarmaja ac seharga Rp155.000,-. saya membayangkan, ini pasti keretanya sama dengan ka bogowontoh, atau ka gajahwong yang pernah mengantarkan mertua saya ketika mendadak ada urusan di yogyakarta.
tiba-tiba saya kepikiran untuk mencoba kereta tersebut.. wah, itu kan nyaman bangettt, murah meriah lagi. akhirnya dengan mantap pencet “pesan”, dan lanjut isi data diri, transaksi pembayaran, dan terima lembar konfirmasi tiket melalui email. lembar konfirmasi itu berisi kode booking yang diperlukan saat melakukan pencetakan tiket yang sebenarnya di loket pemesanan kereta di stasiun.
tanggal 29 september 2012 adalah hari jumat, hari kerja. saya harus ijin untuk pulang lebih awal dari jam pulang sebenarnya, dan rela dipotong tunjangan bulan depan sebesar 2,5% untuk hal ini, karena ka matarmaja berangkat dari stasiun senen jam 14.05 wib. ya udah, mo gimana lagi. dengan semangat 45, keluar kantor jam 13.15 wib, dan sampai stasiun jam 13.30 lebih. beli minuman di minimarket depan stasiun, dan langsung ngacir ke ruang tunggu stasiun. eeiitt.. sekarang ada proses chek in juga, dengan menunjukkan tiket keberangkatan kita serta kartu identitas yang sah. dicocokin nama antara nama yang tertera di tiket dengan nama yang ada di kartu identitas, kalau sama langsung di stempel, dan silakan masuk.
satu rangkaian kereta sudah tersedia di jalur satu stasiun senen. saya menanyakan ke salah satu petugas, kereta apa ini? “matarmaja..” whattt?? ko sama kayak kereta ekonomi yang lainnya. huaahh.. down saya. jangan-jangan ga ada ac-nya, wah gawat nih. beda ama yang ditawarkan saat penjualan. “gerbong 8 ac ada??”, tanya saya lagi. “yang ac di depan mas..”. hadeuh. ternyata dari sembilan gerbong, hanya dua gerbong yang dilengkapi ac split, dan dijual Rp100.000 lebih mahal dari gerbong yang ga ber-ac.
ya wis, udah terlanjur… mau ga mau selama 17 jam ke depan saya harus menikmati perjalanan dengan kereta itu. ada sisi positif dalam hal pelayanan pt.kai untuk kenyamanan para ‘sewa’ yang menggunakan jasa mereka. dimana tidak ada lagi dijual tiket tanpa tempat duduk, dan sepanjang perjalanan tidak ada pengamen serta pengemis. hal ini sedikit banyak menambah kenyamanan dalam perjalanan berkereta.
mengenai ketepatan waktu, ini di luar dugaan saya. dulu naik kereta identik dengan kemoloran, ketidaktepatan waktu, keterlambatan yang berjam-jam. sehingga berusaha untuk menghindari moda tranportasi ini. dalam tiket saya, akan sampai di stasiun kepanjen pada pukul 7.11 wib. entah kebetulan atau memang udah pelayanan yang sesuai standar, tepat pukul 7.11 wib ka matarmaja sampai di stasiun kepanjen. kakak saya yang menjemput tidak perlu menunggu waktu lama di stasiun.
hal ini saya alami pula saat kembali dengan kereta yang sama pada hari minggunya (1 okober 2012). jadwal sampai di stasiun jatinegara jam 9.10 wib pada hari seninnya, dan benar kereta tiba pukul 9.15 wib. hanya terlambat empat menit dari jadwal di tiket. selanjutnya, dari stasiun jatinegara ke stasiun buaran, saya bisa menggunakan tiket matarmaja tersebut sebagai tiket terusan. so tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk membeli tiket komuter, cukup menunjukkan tiket perjalanan kita sebelumnya.
saya sangat berharap pelayanan pt.kai akan lebih ditingkatkan lagi, sehingga terdapat moda transportasi missal yang nyaman dan bisa diandalkan ketepatan waktunya. semoga…

barisan dalam sholat


barisan dalam sholat atau yang lebih dikenal dengan shaf, adalah barisan di belakang iman saat sedang dilaksanakannya sholat berjamaah. tentunya sangat sering kita jumpai apabila kita dalam lima kali sehari menjalankan ibadah sholat berjama’ah di masjid di awal waktu.
shaf yang rapat.
saya sering mengamati shaf saat menjalankan sholat berjama’ah, baik di masjid daerah tempat tinggal, maupun di masjid kantor. di kantor ada masjid al-amin kemenkeu. saya seringnya dapat shaf kedua atau ketiga pada saat sholat dzuhur atau ashar. walau pernah juga dalam hitungan jari dapat shaf paling belakang atau malah di luar karena kapasitas masjid yang udah saatnya. informasi aja, untuk kedua sholat itu di setiap harinya, alhamdulillah masjid al-amin selalu penuh, bahkan sampai di emperan masjid, baik di kanan, di kiri, dan di bagian belakang.
secara umum, shaf pada saat sholat jama’ah di kantor lebih baik, rapat dan lurus. yang sering saya jumpai, temen-temen yang masih muda bahkan sampai merapatkan antara jari kelingking kaki yang kanan dan kiri, dengan jama’ah lain di sebelahnya. saya jarang menjumpai renggangnya shaf dalam sholat berjama’ah di masjid tersebut.
di lingkungan tempat tinggal, terasa beda. lebih sedikit jama’ah yang bersedia merapatkan shaf demi kesempurnaan sholatnya. kadang saya rapatkan jari kelingking kaki saya dengan jama’ah di sebelah kiri saya, eh dianya ‘lari’, mmm.. menjauh maksudnya, walau beberapa inci. mungkin kurang menyadari betapa penting rapatnya shaf dalam sholat berjama’ah.
ada satu jama’ah yang membuat saya tidak mau dekat dengan jama’ah tersebut saat sholat berjama’ah. yang ini tak patut dicontoh pemirsa hehehe.. kenapah gituh?? cuz yang bersangkutan selalu bawa sajadah yang lebar saat ikut berjama’ah sholat di masjid baitul mu’minin perumnas klender. padahal di masjid telah tersedia sajadah tiap shafnya, sebagaimana masjid-masjid yang lain. yang membuat saya melakukan hal itu adalah saat antara orang tersebut dengan jama’ah lain renggang, dan tidak mungkin satu orang dewasa mengisinya, dia ga mau bergeser, tetap berada di sajadah besar nan agung ituh. kenapa dia yang bergeser? ya iya lah, dia sering berdiri di sebelah kiri. kan klu renggang doi geser ke kanan duong… nah itu yang ga mau doi lakukan, sehingga shaf jadi ga sempurna. kecuali klu yang bersangkutan berdiri tepat di belakang imam.
renggangnya shaf tersebut biasanya ‘terpaksa’ diisi dengan satu jama’ah sukarelawan. hahaha.. iya, shafnya jadi sangat rapat, mungkin ga nyaman untuk ukuran sholat yang dituntut untuk khusuk. rapat oke, terlalu rapat jadi ga khusuk.
awal shaf.
dan satu lagi, yang sering menggelitik pikiran saya saat sholat berjama’ah. pemahaman kita tentang dari mana shaf dimulai? ada yang berpendapat, dari kanan duuoong… ada juga yang berpendapat dari tengah. dan yang paling tepat adalah shaf dimulai dari tengah, persis di belakang imam. kalau cumin berdua sama imam, makmum harus berdiri di samping imam lebih kebelakang sedikit.
apabila kita memulai shaf dari kanan, saya ga bisa ngebayangin gimana kalau di istiqlal suat saat hanya terdapat dua makmum. waaaww.. imam di tengah, sementara dua makmumnya jauh di sebelah kanan. hmm, musuhan niihh?? hihihih.
tyus, apa yang menggelitik pikiran saya tentang hal ini? jawabnya adalah : saya tidak jarang berdiri nomor dua pada bagian kanan sebuah shaf. sebelah kanan saya masih ada satu orang lagi, dan setelahnya tembok masjid. nah saat jama’ah dengan postur tubuh yang pas, maka tak jadi masalah. namun kadang, antara satu orang sebelah kanan saya dengan tembok masih ada ruang yang tidak dapat diisi dengan satu orang penuh, maka biasanya yang saya jumpai adalah, jama’ah tersebut lebih memilih berdiri dengan menyisakan ruang antara saya dan dia, dan ruang antara dia dan tembok, biar terlihat ciamik.
hal tersebut tentunya salah pemirsa… kenapa tidak lebih baik merapat ke saya aja. kan mulainya shaf dari tengah, to? “ntar di sebelah kanan diisi setan dun??” halah, jangan lebay deh, kalau situ ngasi ruang di kanan dan kiri, setannya malah dua, di kanan ente ada, di kiri juga ada hehe..
peran penda’i.
sering denger pengajian dan ceramah tentang peradaban, politik islam, sejarah, blaa blaa blaa.. namun kadang tentang sholat jarang di bahas. mungkin para penceramah udah mengira bahwa ibadah itu udah hafal karena dilaksanakan oleh umat muslim lima kali satu hari. padahal ibadah yang berperan sebagai pembeda antara muslim atau bukan itu, masih banyak yang perlu dibenerin apabila melihat apa yang saya ceritakan di atas.
“kan mereka bisa belajar sendiri??” halah lebay lagi, kalau udah belajar mah, ga mungkin terjadi seperti apa yang saya ceritakan dun. saya berharap saat berceramah, anda menyempilkan sedikit tentang hal ini. ringan, namun sangat berarti bagi kesempurnaan ibadah sholat kita. insya Allah…

"ente qurban ga?"


idul adha, salah satu hari raya umat islam yang diarayan satu tahun sekali. selain itu ada juga hari raya umat muslim yang lain, seperti idul fitri, tahun baru hijiyah, dan yang tak kalah penting yang kita rayakan dalam satu minggu sekali, yaitu hari jumat.
idul adha, sangat  erat kaitannya dengan ibadah qurban. ibadah agung yang bersumber dari sejarah nabi Ibrohim saat diperintahkan untuk menyembelih putra tercintanya, Ismail. ngomong tentang qurban nih, beberapa hari sebelum pemotongan ada seorang teman yang bertanya kepada saya melalui chating di gtalk :
“nte qurban ga?”
“qurba dun… ente qurban di mana?” balas saya
“ane belum bisa qurban nih. gimana ya caranya biar bisa qurban?”
denger jawaban teman saya tadi, mmm.. kaget juga. terdapat pertanyaan dalam hati saya, “ko belum qurban juga siy?”. tahun lalu juga belum, tahun ini belum juga. trus kapan dun? tahun depan?? yakin masih hidup? hehehe.. sadis. tapi emang bener kan, siapa juga yang mau ngejamin kita hidup sampai masa qurban tahun depan, kecuali allah jalla wa a’la yang dengan rahman dan rahimnya masih mau memberikan nikmat kesehatan sampai satu tahun ke depan.
sahabat…. saya ada cerita tentang hal ini.. bukan maksud sombong, riya, ato apalah. yang jelas niat saya siy mengajak bagi siapa aja yang meluangkan waktu untuk membaca tulisan ini di blog saya yang tentunya banyak kekurangan ini, untuk selalu berlomba dalam kebaikan. insya allah..
pada tahun 2009 lalu, saya ada dinas luar kota ke serpong. tidak jauh siy dari jakarta, namun namanya udah luar kota hehe. harusnya di serpong saya habiskan waktu untuk bekerja selama tiga hari. namun di hari pertama saya jatuh sakit, di tengah pekerjaan yang sedang menumpuk. ada rasa sakit di bagian belakang badan saya, membuat saya muntah di kamar mandi kantor yang saya kunjungi. kata teman, saya udah pucat, so dia inisiatif minta diantar untuk pulang ke rumah saja untuk mendapat perawatan di rumah sakit nantinya.
sampai di rumah udah tidak ketahan rasa sakitnya, keringat dingin mengucur… huusfff. baru kali ini rasanya menahan sakit yang teramat sakit. kasian istri saya yang kebingungan harus berbuat apa. dia harus pontang-panting sendiri, sementara mertua sedang menunaikan ibadah haji. malam dibawa ke dokter di dekat rumah, diberikan obat penahan rasa nyeri, namun tidak mempan juga karena nyeri itu masih sangat terasa. dan esok paginya baru ke dokter di rumah sakit islam pondok kopi. alhamdulillah-nya, saya tidak perlu dirawat di rumah sakit, rwat jalan aja di rumah.
kurang lebih dua kali harus bolak-balik rumah sakit sampai rasa nyeri itu bener-bener hilang. namun hilang nyeri bukan berarti sembuh loohh… klu tidak salah, sampai lima kali ke dokter spesialis di sana, dan tentunya menghabiskan biaya yang cukup banyak (untuk ukuran saya hehe…)
nah sahabat… kalimat terakhir di atas setelah ‘koma’ adalah kuncinya “…dan tentunya menghabiskan biaya yang cukup banyak”. Pada tahun itu memang kami memang ‘menyengajakan diri’ untuk tidak berqurban. niat siy udah pasti ada, namun kemauan ko sulit munculnya karena berbagai alas an saat itu. masih ada cicilan inilah, pengeluaran lagi banyak lah, bla.. bla.. blaa…. seperti orang yang cari alas an, apapun diungkapkan untuk menjadi pembenaran.
“halloo… sumpah lu ga mampu?? ciyus, miapah??” hehe. tar beneran dijadiin ga mampu looh. nauzubillah. kita udah bekerja sobat, sapa yang ngasi pekerjaan kita? hanya Allah yang menunjukkan jalan dan menakdirkan kita bekerja di perusahaan ini atau kantor itu. berapa gaji kita satu bulan?? besar atau kecil hanya cara kita melihatnya. qurban itu hanya mengeluarkan sedikit dari rizki (uang) yang Allah berikan kepada kita. Allah yang ngasi, mengapa pula saat Allah minta kita ga kasi? padahal hanya Dia-lah Sang Pemberi rizki.
kalau memang masih dirasa berat… bisa kita siasati dengan menabung, misal Rp100.000,- tiap bulannya. nanti saat bulan zulhijjah datang, kita udah mempunyai tabungan Rp1.200.000,-. mungkin saat itu harga satu hewan qurban Rp1.500.000, kita tinggal menambahkan Rp300.000,-. insya allah engga berat. toh kita masih dapat bonus ini dan itu hehehe.. lupa ya?? yuk di syukuri. alhamdulillah.
gambar diambil dari kabingmilyarder.blogspot.com
gambar diambil dari kambingmilyarder.blogspot.com
“apah, masih berat juga??” kita beli gadget jutaan aja ga mikir ngeluarinnya. paling gadget hanya tahan paling lama tiga tahun, itupun kalau tak bosan dan pengen ganti sebelum itu. nah ini yang bener-bener investasi buat akhirat yang waktunya tidak bisa diukur engan masa, alias selamanya selama-lamanya selamaaaanyaa.. ko mikirnya beribu kali hehe.
nah balik ke cerita saya di atas. mengingat kata kuci itu, sehingga setiap tahun saya dan istri merasa dikasi pilihan oleh Allah. “kamu mo sakit lagi, atau berqurban aja..?” saya milih berqurban ya Rabb, terimalah qurban hamba. amin…