barisan dalam sholat atau yang lebih dikenal dengan shaf, adalah barisan di belakang iman saat sedang dilaksanakannya sholat berjamaah. tentunya sangat sering kita jumpai apabila kita dalam lima kali sehari menjalankan ibadah sholat berjama’ah di masjid di awal waktu.
shaf yang rapat.
saya sering mengamati shaf saat menjalankan sholat berjama’ah, baik di masjid daerah tempat tinggal, maupun di masjid kantor. di kantor ada masjid al-amin kemenkeu. saya seringnya dapat shaf kedua atau ketiga pada saat sholat dzuhur atau ashar. walau pernah juga dalam hitungan jari dapat shaf paling belakang atau malah di luar karena kapasitas masjid yang udah saatnya. informasi aja, untuk kedua sholat itu di setiap harinya, alhamdulillah masjid al-amin selalu penuh, bahkan sampai di emperan masjid, baik di kanan, di kiri, dan di bagian belakang.
secara umum, shaf pada saat sholat jama’ah di kantor lebih baik, rapat dan lurus. yang sering saya jumpai, temen-temen yang masih muda bahkan sampai merapatkan antara jari kelingking kaki yang kanan dan kiri, dengan jama’ah lain di sebelahnya. saya jarang menjumpai renggangnya shaf dalam sholat berjama’ah di masjid tersebut.
di lingkungan tempat tinggal, terasa beda. lebih sedikit jama’ah yang bersedia merapatkan shaf demi kesempurnaan sholatnya. kadang saya rapatkan jari kelingking kaki saya dengan jama’ah di sebelah kiri saya, eh dianya ‘lari’, mmm.. menjauh maksudnya, walau beberapa inci. mungkin kurang menyadari betapa penting rapatnya shaf dalam sholat berjama’ah.
ada satu jama’ah yang membuat saya tidak mau dekat dengan jama’ah tersebut saat sholat berjama’ah. yang ini tak patut dicontoh pemirsa hehehe.. kenapah gituh?? cuz yang bersangkutan selalu bawa sajadah yang lebar saat ikut berjama’ah sholat di masjid baitul mu’minin perumnas klender. padahal di masjid telah tersedia sajadah tiap shafnya, sebagaimana masjid-masjid yang lain. yang membuat saya melakukan hal itu adalah saat antara orang tersebut dengan jama’ah lain renggang, dan tidak mungkin satu orang dewasa mengisinya, dia ga mau bergeser, tetap berada di sajadah besar nan agung ituh. kenapa dia yang bergeser? ya iya lah, dia sering berdiri di sebelah kiri. kan klu renggang doi geser ke kanan duong… nah itu yang ga mau doi lakukan, sehingga shaf jadi ga sempurna. kecuali klu yang bersangkutan berdiri tepat di belakang imam.
renggangnya shaf tersebut biasanya ‘terpaksa’ diisi dengan satu jama’ah sukarelawan. hahaha.. iya, shafnya jadi sangat rapat, mungkin ga nyaman untuk ukuran sholat yang dituntut untuk khusuk. rapat oke, terlalu rapat jadi ga khusuk.
awal shaf.
dan satu lagi, yang sering menggelitik pikiran saya saat sholat berjama’ah. pemahaman kita tentang dari mana shaf dimulai? ada yang berpendapat, dari kanan duuoong… ada juga yang berpendapat dari tengah. dan yang paling tepat adalah shaf dimulai dari tengah, persis di belakang imam. kalau cumin berdua sama imam, makmum harus berdiri di samping imam lebih kebelakang sedikit.
apabila kita memulai shaf dari kanan, saya ga bisa ngebayangin gimana kalau di istiqlal suat saat hanya terdapat dua makmum. waaaww.. imam di tengah, sementara dua makmumnya jauh di sebelah kanan. hmm, musuhan niihh?? hihihih.
tyus, apa yang menggelitik pikiran saya tentang hal ini? jawabnya adalah : saya tidak jarang berdiri nomor dua pada bagian kanan sebuah shaf. sebelah kanan saya masih ada satu orang lagi, dan setelahnya tembok masjid. nah saat jama’ah dengan postur tubuh yang pas, maka tak jadi masalah. namun kadang, antara satu orang sebelah kanan saya dengan tembok masih ada ruang yang tidak dapat diisi dengan satu orang penuh, maka biasanya yang saya jumpai adalah, jama’ah tersebut lebih memilih berdiri dengan menyisakan ruang antara saya dan dia, dan ruang antara dia dan tembok, biar terlihat ciamik.
hal tersebut tentunya salah pemirsa… kenapa tidak lebih baik merapat ke saya aja. kan mulainya shaf dari tengah, to? “ntar di sebelah kanan diisi setan dun??” halah, jangan lebay deh, kalau situ ngasi ruang di kanan dan kiri, setannya malah dua, di kanan ente ada, di kiri juga ada hehe..
peran penda’i.
sering denger pengajian dan ceramah tentang peradaban, politik islam, sejarah, blaa blaa blaa.. namun kadang tentang sholat jarang di bahas. mungkin para penceramah udah mengira bahwa ibadah itu udah hafal karena dilaksanakan oleh umat muslim lima kali satu hari. padahal ibadah yang berperan sebagai pembeda antara muslim atau bukan itu, masih banyak yang perlu dibenerin apabila melihat apa yang saya ceritakan di atas.
“kan mereka bisa belajar sendiri??” halah lebay lagi, kalau udah belajar mah, ga mungkin terjadi seperti apa yang saya ceritakan dun. saya berharap saat berceramah, anda menyempilkan sedikit tentang hal ini. ringan, namun sangat berarti bagi kesempurnaan ibadah sholat kita. insya Allah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar