Senin, 09 Desember 2013

korban copet

salah satu yang saya suka dengan berjejal ria dalam commuterline atau berpanas ria di tengah kemacetan lalu lintas ibukota dalam angkot...

banyak cerita yang di dapat dalam kesehariannya. walau rutenya itu-itu aja, tapi orangnya berbeda-beda, dan terdapat cerita yeng berbeda pula. seperti yang saya alami sepulang kerja suatu petang. selepas sholat magrib saya bergegas turun lift. karena mendapatkan informasi dari teman yang sering bareng pulang kerja dengan naik commuterline bahwa hari ini ada gangguan, saya segera memutuskan untuk naik transjakarta. 

kondisi masih hujan cukup deras petang hari itu, selepas absen di mesin absensi, saya lihat ada anak dengan sebuah payung yang cukup besar. saya minta anak itu untuk mengantar ke depan, tempat dimana bisa naik angkot jurusan kampung melayu yang melewati kramat. 

"pak, saya naik tapi ga bayar boleh?" tanya seorang ibu setelah angkot melewati lampu merah jl.dr.wahidin, di depan sekolah penabur tepatnya. logat 'medhok' jawa yang sangat kental. saya bisa tebak, ibu dan satu anak muda ini dari jawa timur.
"hah?" tanya abang sopirnya, setengah memicingkan mata dan kepala aga dimiringkan.
"iya, saya boleh numpang sampai matraman?" tanya ibunya lagi.
"oh, ayok..!" kata si abang mempersilakan.
"pak, ini berdua engga bayar ga papa?" tanya ibu tadi untuk meyakinkan abang sopir bahwa mereka bener-bener bisa naik angkot gratis sampai tujuan.

si ibu sudah cukup berumur, memakai kemben, jarit batik di bagian bawahnya, dan jilbab krem. bersama dengan dia, ada anak muda 20-an tahun dengan bertopi, serta membawa satu buah kardus. 

"mau ke mana ibu?" saya menyapa.
"mau ke matraman, nyari tumpangan mobil sayur atau paket."
hah? maksudnya? saya bingung dengan apa yang dikatakan ibu tadi.
"ibu dicopet di kapal waktu nyebrang dari lampung ke merak. udah engga punya apa-apa lagi sekarang. buat beli tiket kereta ga mampu, ga ada duit lagi. tadi dari merak ke senen diantar sama tukang paket. trus kasi tau kalau dimatraman ada banyak mobil paket yang ke jawa..." si ibu bercerita.
"iya mas, tadi udah minta tolong orang pt.kai untuk bisa diikutkan sama gerbong pengangkut barang. tapi harus bayar Rp75ribu perorang untuk sampai gresik.." tambah anak muda tadi.

saya berfikir, di matraman yang sebelah mana ada mobil pengantar paket ke jawa. waktu saya tanyakan apakah yang dimaksud pahala kencana, mereka menjawab bukan. malah mereka mengatakan di matraman katanya banyak kok mobil pengantar paket ke jawa timur. lagi-lagi saya berfikir, di matraman yang sebelah mana ya. setau saya yang udah paham banget matraman, tidak ada jasa ekspedisi di matraman selain pahala kencana dekat gramedia itu.

"tadi sempat mau jual pakaian bekas, tapi siapa mas yang mau ngebeli. kalau ada pun paling juga engga cukup buat beli tiket". 
JLEB!! ngenes banget dengernya. saya ngebayangin, gimana kalau di posisi mereka. jauh dari keluarga, tidak punya apa-apa. apa yang nanti buat makan? minimal buat bertahan hidup kalau belum juga dapat tumpangan ke jawa.

saya sempat memaki diri sendiri, mengapa bawa uang selalu pas-pasan di dompet. jarang sekali bawa berlebih. #eh emang ada yang lebih? hehehe..

ini salah satu potret negeri ini, dimana ketimpangan sosial memang masih terjadi, sehingga sebagian orang masih menghalalkan cara untuk mengambil hak orang lain. saya heran, ko yang diambil malah punya orang susah gitu. mengapa tidak berusaha mengambil harta para koruptor aja sih. #yeee, mereka lebih pinter kalee gimana cara menyimpan uangnya biar engga mudah diambil "pencopet" yang lain hehe..

kami berpisah di halte pal putih. saya melanjutkan perjalanan denga transjakarta yang relatif lebih lancar daripada angkot itu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar