Minggu, 10 Januari 2016

dieng, negeri di atas awan


Sebenarnya, udah lama saya berkeinginan...


untuk mengunjungi sebuah negeri di atas awan, dieng.  Daerah yang masih menjadi bagian dari Wonosobo itu, memiliki ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut, sehingga tak heran bila suhu udara di sana rata-rata berkisar antara 10°C sampai dengan 20°C. ini kali pertama, pengatur suhu dengan mode hangatnya si ganteng pica digunakan. karena bila pakai ac, brrrr... ga kuku saya.



Menjelang akhir tahun 2015 lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi dataran tinggi Dieng. Dalam kondisi normal, mengunjungi Dieng dari Jakarta dapat ditempuh tak lebih dari sembilan jam perjalanan santai. Rute yang saya tempuh setelah keluar tol Pejagan di Brebes, ambil arah ke Purwokerto – Banjarnegara – Wonosobo. Dari kota Wonosobo, masih butuh satu jam perjalanan ke arah Dieng. Beruntungnya, infrastruktur jalan menuju Dieng cukup bagus, sehingga memudahkan perjalanan wisata yang didominasi rute menanjak.
 

Tak perlu khawatir, ada beragam pilihan penginapan di Dieng. Tidak ada hotel sih, namun hanya berupa homestay yang bersih dan cukup nyaman dengan tarif berkisar Rp200ribuan. Bila Anda berkeinginan untuk mengunjungi Dieng, ada baiknya untuk melakukan pemesanan homestay sebelum hari keberangkatan. Karena untuk hari-hari tertentu, dapat dipastikan penginapan telah penuh dengan wisatawan yang berniat untuk melihat beberapa festifal yang diselenggarakan di sana. Satu lagi, saat reservasi pastikan penginapan telah dilengkapi dengan air panas bila Anda tidak ingin mandi dengan air yang layaknya es.

Untuk wisata… selama di Dieng, Anda dapat mengunjungi beberapa objek wisata. Dari yang paling umum seperti candi-candi yang tinggal jalan kaki untuk menjangkaunya, juga ada danau Telaga Warna dan danau Pengilon. Selain itu, bila memiliki banyak waktu, Anda juga dapat menikmati indahnya matahari terbit dengan melakukan tambahan perjalanan kurang lebih 30 menit dari ‘kota’ Dieng di pagi buta. 


Bila keluar dari penginapan untuk mengunjungi lokasi-lokasi wisata tersebut, jangan lupa untuk membawa payung atau jas hujan. Cuaca Dieng sangat mudah berubah, kadang mendapatkan anugerah sinar matahari sehingga membuat suhu menjadi lebih hangat, namun tetiba dapat berubah dengan turunnya kabut yang disertai hujan. Perubahan kondisi – tidak hujan – turun hujan – berkabut  – hilang kabut – silih berganti dengan cepatnya. Menikmati perubahan kondisi tersebut dari balik jendela kamar penginapan, dengan mengabadikannya menggunakan kamera atau handycam, hmm.. boleh juga. Dengan begitu, Anda dapat merasakan negeri yang seolah-olah di atas awan, karena kabut benar-benar di depan mata. 

Fasilitas di dataran tinggi Dieng dapat dibilang memadai untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Untuk ‘kota’ wisata sekecil itu, selain telah tersedia deretan homestay, juga tersedia masjid besar, tempat makan, toko kelontong, ATM dan satu minimarket Ind*mart. Transportasi umum menuju dan keluar dari Dieng, juga tersedia. Ada bus dengan ukuran mini yang siap mengantar Anda, dari pagi hari sampai dengan malam hari.


Untuk kuliner, anda patut untuk mencoba makanan khas Dieng/Wonosobo, yaitu mie ongklok. Mie ini disajikan dalam mangkuk kecil dengan kuah kental ala sagu, yang rasanya lebih cenderung manis. mie ongklok biasa dimakan dengan beberapa tusuk sate ayam empuk. mmm, untuk mie ongkloknya, jujur saya kurang selera, karena masih aneh untuk lidah saya. Selain itu, anda juga harus mencicipi tempe kemul. Bukan tempe yang digoreng dengan lumuran tepung biasa, namun tepungnya lebih cenderung kranci karena digoreng lebih lebar daripada tempenya. menurut saya lebih cocok untuk disebut peyek tempe hihihi.. 


So, kapan Anda mengunjungi Dieng?  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar