Minggu, 17 November 2013

potret pelayanan negeri ini

masih pagi..............

seperti biasa, berangkat bekerja dengan menggunakan commuterline. perjalanan dari buaran ke jatinegara hanya memakan waktu kurang lebih 10-15 menit. namun perjalanan pagi ini terganggu dengan percakapan dua orang di belakang saya. kebetulan sekali, pantulan kaca pintu commuterline tidak menampakkan wajah keduanya, hingga saya hanya khusyu untuk mendengarkan percakapan mereka dengan mengelus dada.

seorang ibu yang 'mengeluhkan' pekerjaannya sehari yang lalu kepada teman laki-lakinya. dari suaranya, usia keduanya sudah tidaklah muda lagi. dari percakapan mereka, saya bisa menebak bahwa si ibu bekerja di rumah sakit pemerintah.

apa yang dia 'keluhkan'?

ketika melayani pasien yang menggunakan jaminan kesehatan dari golongan keluarga miskin, yang menurut si ibu terlalu bawel. maunya ini dan itu. "gimana sih pak, orang gratis aja minta cepet. orang cuman ngilangin kutil aja, ngapain malam-malam datang. mending dibuntungin aja sekalian tuh tangan." weh weh.. sabar to buk.. "saya aja yang pake askes harus ngantri lama juga" di percakapan yang lain. "ya udah, saya puter aja rujukannya!" saya engga paham dengan istilah 'puter' dalam percakapan tersebut, yang jelas lanjutannya.. "sengaja engga saya stempel, biar tar balik lagi.." hwaaa.. ko seperti ini pelayanannya.

saya memang engga mengalami apa yang ibu tersebut alami, tapi ko ya sampai hati untuk berbuat seperti itu. yang saya maksud adalah kalimat-kalimat terakhir itu loh. karena dia mempunyai 'kuasa' untuk suatu urusan, dengan sengaja mempersulit orang lain yang membutuhkan bantuannya.

saya yakin, bila dikasi penjelasan yang memadai, hal tersebut tidak akan terjadi. pagi hari sebelumnya, saya melihat tayangan di televisi, mengenai antrian di rumah sakit bagi pasien yang menggunakan fasilitas keluarga miskin. untuk pendaftaran dari jam 8.00, sudah mendapatkan nomor antrian 500an. "ya mau gimana lagi, mas.." kata seorang ibu dalam liputan, ketika ditanya perasaannya untuk menunggu giliran dipanggil ke ruangan dokter dengan nomor antrian yang fantastis itu.

nah kan.. orang yang dapat nomor antrian 500an aja masih sabar ko.

saya pernah menjadi 'pelayan' juga. ketika masih bekerja di bagian yang lama, saya memegang akun gtalk kantor sebagai sarana untuk konsultasi sebuah aplikasi dan tata cara pembayaran serta pertanggungjawaban pembayaran tunjangan. bila hari biasa, mungkin tidak terlalu banyak yang konsultasi. namun bila ada aplikasi baru, atau penyempurnaan aplikasi, atau ada aturan baru yang kami keluarkan, maka akan banyak kantor vertikal kami di daerah yang konsultasi. seharian selama berhari-hari, kerjaan saya hanya mantengin gtalk dengan semua keluh kesah, usulan dan pertanyaannya. menjawab? sudah pasti! tangan sampai keriting karena ngetik untuk menawab pertanyaan mereka.. saya engga mengeluh sama sekali. semangat saya adalah, berbagi ilmu, sepanjang yang saya ketahui.

sangat mengasikkan bila pekerjaan merupakan hobi. bekerja juga membutuhkan passion. menjadi pelayanan masyarakat akan sangat membahagiakan bila kita melakukannya dengan keduanya. kita ada memang untuk melayani mereka. namun kebanyakan dari kita melupakannya. saya sering ngomong sama istri ketika melihat secara langsung atau melalui televisi : "tuh liat, makin tinggi jabatan, bukan makin melayani, tapi malah minta dilayani.." tas minta dibawain, jalan minta di steril-in, dan bla bla bla.

semoga potret 'dunia pelayanan' di negeri ini bisa berubah ke arah yang lebih baik. engga ada yang engga mungkin selama kita mau dan mulai dari diri sendiri.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar